Siapa
bilang
nama tak
memiliki
arti.
Ini bisa
jadi
karena
salah
nama.
Seandainnya
daerah
ini
bernama
tanggul
lumpur [bukan
Tanggul
angin],
mungkin
tidak
seperti
ini.
Rumah-rumah mulai tergenang...satu centi, demi satu centi, satu meter demi satu meter dan perlahan dan pasti... semuanya kini terendam. terendam dan menjadi kota terkubur.
Dibawah lumpur mengering itu, tersimpan jutaan kenangan. Indah pahit getir kehidupan.
Benarkah, Sang penyebab terbebas dari segala tanggung jawabnya. Kepada manusia, kepada Sang maha Adil? |
Setelah Mas Nanang sahabat baru saya dari Biank Adventure, memarkir mobilnya maka kamipun menyeberang jalan dan menuju tanggul lumpur yang berada diseberang jalan. Sudah banyak "turis" diatas tanggul.
Wow! Loket dadakanpun sudah ada disana. Entah resmi ataupun tidak resmi, tak ada satu orang pun yang memprotes, karena bukan dia yang bikin tanggul, dan mereka pun sebenarnya tidak memiliki hak untuk menarik biaya "tamasya" itu. Namun kawatir mereka adalah korban lumpur maka tidak ada salahnya menyumbang untuk kehidupan keluarganya.
Dari atas tanggul, disana kita bisa menemui para tukang ojek yang siap mengantar ke dekat sumber semburan. Saya sendiri memilih untuk menyewa motornya dari pada harus membonceng. Belum sampai satu kilo maka di tikungan tanggul lumpur saya harus membayar lagi upeti belokan. Rp. 2000,- rupiah per orang. |
Saya
bayar
dan
melanjutkan
berjalanan.
Motor
saya
parkir
dipinggir
tanggul,
dimana
diatas
tanggul
itu
sendiri,
lumpur
panas
itu
sudah
mengering.
Saya
naik
keatas
tanggul
dan
berjalan
diatas
lumpur
yang
sudah
mengering.
Didalam
lumpur
inilah
ribuan
rumah
saudara
kita
terendam.
Dibawah
lumpur
inilah
dahulu
anak-anak
bermain
sepak
bola.
Dan
didalam
lumpur
inilah
dulu
perusahaan
yang
heboh
karena
ada
kasus
penganiayaan
MARSINAH.
Ya
Marsinah
yang
fenomenal
itu.
Hari ini 1 Mei, adalah hari buruh. Selalu diramaikan dengan demo. Kemarin sepulang saya memberikan seminar "Creating HAHAHA for your Training & Public Speaking" di Hotel Ibis Tamarin , saya pun melihat spanduk-spanduk itu. Salah satunya berbunyi "Kepung Istana, hapuskan karyawan kontrak" |
|
Kalau
satu
Marsinah
bisa
menenggelamkan
Tanggul
Angin
Sidoarjo
dengan
lumpur
panas,
bagaimana
dengan
ribuan
buruh?
Otak
iseng
saya
mencoba
mencandai
fenomena
hari
buruh
yang
selalu
riuh.
Tidak
menutup
mata,
bisnis
haruslah
menghasilkan
profit,
namun
etika
dan
saling
menghormati
dan
memanusiakan
manusia
adalah
juga
sumber
berkah
dari
usahanya.
Fenomena
outsourcing
hari
demi
hari
makin
menginspirasi
para
pengusaha
dan top
management
untuk
efisiensi,
namun
disisi
lain
juga
sedang
banyak
perusahaan
yang
terinspirasi
dengan
kisah
sukses
google
dan
bagaimana
perusahaan
itu
begitu
memanjakan
karyawannya
dengan
berbagai
fasilitas
dan
kemudahan.
Sambil
memandangi
atap
masjid
yang
masih
terlihat
di
dataran
lumpur
kering
Lapindo.
Saya
hanya
ingin
mengajak
sebanyak
mungkin
sahabat-sahabat
kita
yang
masih
sebagai
pekerja,
karyawan
dasar,
pegawai
pabrik
untuk
selalu
belajar.
Membangun
keyakinan
diri
yang
lebih
tinggi,
menambah
pengetahuan
dan
ketrampilan
dan
memberdayakan
diri,
disamping
tetap
memberi
masukan
pada
pemerintah
dan para
pengusahan
untuk "menyayangi"
para
buruh.
Para
pemilik
bisnis,
memang
memberi
lapangan
kerja
dan
rejeki
untuk
para
pegawai,
namun
bisa
juga
sebaliknya.
Para
pegawailah
yang
memberi
rejeki
yang
besar
bagi
pebisnis.
Inilah
hakekat
teamwork,
inilah
inti
dari
kesadaran
kerjasama.
Merasa
SATU.
Saya
adalah
kamu,
kamu
adalah
saya.
Bukan
mencari
perbedaan,
bukan
membangun
permusuhan,
bukan
merasa
dibebani,
bukan
merasa
pahlawan,
bukan
selalu
bertentangan.
Didalam
OMZET
dari
sebuah
usaha,
disana
ada
OMZET
Keberkahan!
Dan
Omzet
keberkahan
itu bisa
lebih
besar
dari
amount
sesungguhnya.
Selamat
berkarya,
selamat
membuka
diri,
semangat
saling
membutuhkan
dan
menyayangi.
Semoga
Indonesia
kedepan
semakin
Indah!
Salam
Perubahan!
Hari
Subagya
www.bisnispartner.com
|